Loading...

LUPA SEJARAH

opini Muh Nur Ikhsan R 02 Jul 2025 132 Views

opini Muh Nur Ikhsan R
02 Jul 2025 132 Views

IPM.MAKASSAR.OR.ID Kita sudah lihat Prabowo rapat bareng taipan Cina. Konglomerat yang hidup dari "kebaikan negara" sejak awal Orde Baru. Jika bukan karena patronase politik dan garansi elit militer, mereka tak akan bermandikan harta hari ini.

Pun begitu dengan "borjuis pribumi." Dibukakan jalan lewat program ekonomi benteng, dan nasionalisasi(era Sukarno). Makin moncer saat ditopang kebijakan proteksi(era Soeharto). Sejatinya, mereka hanya pencari rente.

Dua kelompok ini selalu diberi porsi. Seolah mereka jadi kunci penentu keselamatan ekonomi nasional. Makin parah karena negara juga "memuja" investasi asing. Sayang, ada yang Prabowo lupa. Tak diajak serius bicara ekonomi negara.

MUHAMMADIYAH

Ya, Prabowo lupa Muhammadiyah. Mungkin, dianggapnya cukup hanya dengan dua hal saja: diajak ikut jadi Menteri Kabinet dan ditawari konsesi tambang. Ini jelas keliru. Muhammadiyah adalah kekuatan sejarah Indonesia.

Muhammadiyah lebih tua dari republik. Kini berumur 112 tahun. Sudah Se-abad lebih. Indonesia baru 79 tahun(versi Proklamasi). Baru 75 tahun(versi KMB Den Haag). Sebagai "junior," tak baik jika Presiden lupa. Tak permisi.

Banyak pihak/kelompok punya "saham" atas pendirian Indonesia. Salah satunya Muhammadiyah. Jika kita ingin tegaskan, urusan hidup mati negara ini harus mengajak Muhammadiyah bicara. Jangan cuek.

Kakek Prabowo, Raden Mas Margono Djojohadikusumo, pernah berkhidmat di Muhammadiyah. Salah satu pencetus Koperasi Batik Pekajangan(1939). Pekajangan, basis Muhammadiyah. Basis laskar Diponegoro.

Saat Sarekat Dagang Islam(SDI) berubah cepat jadi Sarekat Islam(1912). Lalu Nahdlatut Tujjar(1918) rubah diri jadi Nahdlatul Ulama(1926), maka patahlah konsolidasi ekonomi keduanya. Tapi Muhammadiyah jalan terus.

SI, NU, dan Muhammadiyah, melawan rekayasa sosial ekonomi kewarganegaraan kolonial: Asing Barat, Asing Timur, Inlander(Pribumi). Pola ini, "mengunci" kaum pribumi. Hanya Cina, Arab, dan India(Asing Timur) saja, yang bisa sedikit bernafas.

Lapis santri-pedagang di Muhammadiyah terus berjuang lewati pasang-surut politik-ekonomi negara. Melihat dari dekat, bagaimana negara beri "fasilitas istimewa" terus-menerus pada dua kelas ini: taipan cina dan pribumi pemburu rente.

Saat yang sama negara hanya diam tak pasang badan, saat kebijakan impor(1978) mulai melemahkan pedagang batik Pekajangan, Laweyan, Ponorogo, dan Majalaya(tekstil). Puncaknya di periode 1985, mereka akhirnya gulung tikar.

Muhammadiyah, tak berkecil hati. Sambil beradaptasi dengan tekanan rezim, juga menjaga agar segala amal usaha terus hidup-menghidupi. Kini, Muhammadiyah jadi Ormas Islam terkaya di dunia, dengan nilai aset 400 triliun rupiah.

JAS HIJAU

Tanpa abaikan yang lain, Persyarikatan Muhammadiyah adalah "wakil sejarah" Islam di Indonesia. Dalam soal dakwah, amal usaha, dan hubungan internasional. Karena itu, Pemerintah tak boleh abai dan "membuang muka."

Duduklah dengan Muhammadiyah. Bicaralah dengan jujur, terbuka. Jangan hanya dengan taipan cina dan konglomerat rente. Dalam sejarah Indonesia, masih ada satu golongan ditengah rakyat yang setara(bahkan lebih) kekayaannya dari dua kelompok diatas: Muhammadiyah.

Satu kadernya, Nurhayati Subakat bahkan punya kekayaan pribadi senilai 24,3 trilun rupiah. Bagaimana pemerintah "pura-pura bego" soal ini?. Muhammadiyah takut dan berhati-hati soal dunia-akhirat. Negara perlu belajar. Biar tak larut dalam sikap korup dan eksploitatif.

Pak Prabowo,

Jangan sekali-kali hilangkan jasa ulama(jas hijau).

Jangan lupakan Muhammadiyah.