opini Muh Haikal Al Faridzi 01 Jul 2025 101 Views
opini
Muh Haikal Al Faridzi
01 Jul 2025
101 Views
IPM.MAKASSAR.OR.ID Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah kembali datang. Tapi seperti tahun-tahun sebelumnya, ia tiba tanpa gegap gempita, tanpa gema yang menggugah. Di tengah keramaian budaya global yang mendewakan 1 Januari sebagai tonggak harapan baru, 1 Muharram hari pertama dalam kalender Islam hanya menjadi catatan sunyi di kalender umat Muslim.
Ironis, ketika umat yang mewarisi sejarah agung justru kehilangan semangat untuk merayakannya. Padahal, 1 Muharram adalah momen besar yang lahir dari peristiwa hijrah Rasulullah SAW. Sebuah perpindahan yang bukan hanya fisik, tapi revolusi nilai: dari ketakutan menuju keberanian, dari kezaliman menuju keadilan, dari keterpurukan menuju kebangkitan.
Kini, 1447 tahun setelah hijrah itu, umat Islam dihadapkan pada tantangan zaman yang berbeda namun tak kalah mendesak: krisis identitas, disorientasi moral, dan kehilangan arah hidup. Maka 1 Muharram seharusnya tidak dilewati sebagai seremonial semata, tapi menjadi ajang muhasabah kolektif, evaluasi mendalam tentang ke mana langkah kita selama ini.
Apakah kita masih berada di jalan hijrah? Atau justru kembali pada jahiliyah dalam bentuk modern: hedonisme, kemalasan, ketidakpedulian? Apakah kita bergerak menuju kemajuan yang berkah, atau sekadar hanyut dalam arus dunia tanpa arah?
Momentum Tahun Baru Islam adalah panggilan. Bukan untuk pesta, tapi untuk perenungan. Bukan untuk selebrasi kosong, tapi untuk membangun kembali pondasi iman, ilmu, dan amal. Inilah saatnya menata ulang niat, menyusun ulang tujuan, dan memperbarui hijrah kita dari diri yang lama menuju diri yang lebih baik, dari umat yang lalai menjadi umat yang bangkit.
Oleh
(Muh. Haikal Al Faridzi, Ketua Bidang KDI PD IPM Makassar)
Mungkin Anda Suka: