opini Irham Munasdar 19 Aug 2025 82 Views
opini
Irham Munasdar
19 Aug 2025
82 Views
IPM.MAKASSAR.OR.ID Visi "Menapak Era Baru IPM Makassar" lahir dengan semangat tinggi, membawa harapan bahwa periode ini akan menjadi momentum kebangkitan setelah fase yang dianggap tidak progresif di periode sebelumnya. Ketika visi itu dikumandangkan, ada janji besar yang ditanamkan: lahirnya babak baru yang lebih progresif, lebih berdaya, dan lebih memberi warna bagi dunia pelajar di kota ini. Janji itu bukan sekadar kata, melainkan komitmen yang kita ikrarkan bersama di awal periode.
Kini, setengah masa periode telah kita jalani. Satu tahun berjalan, memang ada sejumlah capaian yang patut diapresiasi. Program pengkaderan tetap terselenggara, beberapa agenda dialog dan pelatihan berjalan, serta gagasan student empowerment mulai diperkenalkan sebagai arah baru organisasi. IPM juga masih hadir dalam beberapa ruang strategis yang menunjukkan bahwa roda organisasi tetap berputar.
Namun, ketika kita menilik lebih dalam, kenyataan sering kali tak seindah harapan. Capaian tersebut belum sebanding dengan ekspektasi besar yang dibangun sejak awal periode. Dibandingkan dengan dua periode lalu yang mencatat standar tinggi dalam konsolidasi dan keberanian tampil di ruang eksternal, IPM Makassar hari ini justru terlihat gamang.
Satu catatan kritis muncul dari perbandingan keterlibatan cabang. Ironisnya, periode sebelumnya-yang oleh banyak orang bahkan dilabeli tidak progresif-masih mampu menggerakkan 18 cabang dari 21 yang ada. Kini, dengan visi yang lebih besar dan jargon yang lebih berani, justru jumlah cabang yang aktif menurun drastis, terbukti dengan kehadiran pimpinan cabang disetiap agenda IPM Makassar yang tidak merata. Fakta ini harus kita terima dengan jujur: ada yang salah dalam cara kita memimpin dan mengelola organisasi.
Masalah ini tidak semata soal administrasi, melainkan cermin dari krisis kepemimpinan kolektif. Prinsip kolektif-kolegial yang selama ini menjadi ruh organisasi seakan bergeser, digantikan pola komunikasi yang tertutup dan keputusan yang sering lahir terlambat. Akibatnya, cabang kehilangan semangat, struktur melemah, dan ruang kaderisasi di tingkat akar rumput ikut terabaikan.
Kondisi ini makin mengkhawatirkan karena terjadi di tengah tantangan besar dunia pelajar di Makassar: kesenjangan kualitas pendidikan, kenakalan remaja, dampak negatif digitalisasi, hingga problem kesehatan mental yang semakin meluas. Di saat pelajar membutuhkan IPM untuk tampil sebagai ruang inspirasi dan advokasi, organisasi justru tersandera oleh persoalan internal yang berlarut-larut.
Dalam waktu dekat, PD IPM Makassar akan memasuki momentum penting: Konferensi Pimpinan Daerah. Forum ini bukan hanya agenda rutin, melainkan ruang evaluasi bersama untuk menakar sejauh mana kepemimpinan periode ini berjalan. Jika evaluasi dilakukan dengan jujur, terbuka, dan penuh tanggung jawab, maka konferensi ini dapat menjadi titik balik bagi kita semua.
Apakah kita akan membiarkan IPM jalan di tempat? Apakah kita rela melihat standar tinggi yang pernah dibangun dua periode sebelumnya perlahan terkikis? Jawabannya tentu tidak. Kita harus berani menatap cermin, mengakui kekurangan, lalu mengambil langkah korektif. Bukan untuk menyalahkan, tetapi untuk memperbaiki.
Koreksi yang dibutuhkan bukan sekadar perbaikan teknis, melainkan perombakan cara kita memimpin dan berorganisasi. Evaluasi terbuka harus digelar, forum islah yang sehat harus dihidupkan kembali, dan setiap pimpinan wajib menanggalkan ego pribadi untuk kembali kepada marwah organisasi: mengabdi pada pelajar, bukan pada kursi jabatan.
IPM Kota Makassar adalah rumah kita bersama. Rumah ini hanya bisa berdiri kokoh jika kita kembali pada nilai-nilai dialog, musyawarah, dan kolektivitas. Jika kita berani melakukan evaluasi terbuka, menanggalkan ego, dan mengedepankan kebersamaan, maka tugas pertama adalah berani menyelesaikan persoalan struktural yang menjerat langkah dengan itu "Era Baru" bukan hanya slogan di spanduk, tetapi kenyataan yang bisa kita bangun bersama.
Sejarah IPM Makassar pernah mencatat periode-periode emas dengan standar kepemimpinan yang tinggi. Jika hari ini kita ingin benar-benar "menapak era baru". Tanpa itu, visi besar hanya akan menjadi slogan, dan IPM akan terus berjalan di tempat.
Kini saatnya membuktikan, bahwa meski kita pernah goyah, kita tetap mampu bangkit. Karena pada akhirnya. Sejarah hanya mencatat mereka yang berani berbenah, bukan mereka yang larut dalam konflik
Mungkin Anda Suka: